PENTINGNYA SEJARAH HIDUP
Kata Bung Karno “Jasmerah”. Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Sejarah
bisa dari peradaban manusia, kebudayaan manusia, dan juga bisa yang berkaitan
dengan berdirinya sebuah negara. Tulisan ini hanya menulis lingkup kecil
sejarah tentang manusia. Bukan sejarah asal-usul manusia, tetapi sejarah
perjalanan hidup manusia.
Al Qur’an banyak sekali memuat sejarah hidup manusia, baik sejarah hidup yang baik, maupun sejarah hidup yang buruk. Kisah-kisah tentang sejarah hidup manusia jaman dulu, masih bisa terbaca dengan jelas hingga sekarang bahkan hingga hari qiamat. Sebut saja kisah Nabi Adam AS turun ke dunia, kisah Habil-Qobil dan kisah-kisah sejarah hidup para Nabi dan Utusanlainnya.
Bahwa manusia hidup ini mengukir sejarah,
siapapun mereka. Bahwa hidup bukanlah sekedar hidup, tetapi hidup itu sendiri
yang akan menjadi sejarah kelak, apabila manusia telah meninggalkan dunia.
Perjalanan hidup yang baik, akan menorehkan kebaikan yang akan dikenang
anak-cucu dan mungkin saudara-saudaranya dan ia menjadi contoh dalam hidupnya.
Begitupun sebaliknya, sejarah hidup yang tidak baik akan menjadi pelajaran
untuk tidak diikuti, dan bahkan akan dikenang orang tentang keburukannya,
minimal selalu teringat dalam pikirannya.
Dunia penuh dengan sejarah perjalanan hidup
manusia, ada sejarah hidup yang tertulis buruk, ada yang tertulis baik. Seorang
pahlawan dia akan menorehkan tinta emas dalam lembaran hidupnya. Seorang
pengkhianat akan menorehkan tinta hitam kelam dalam hidupnya.
Kemudian apa arti hidup?. Hingga saat ini tidak ada seorangpun yang mengetahui
arti hidup. Tetapi yang jelas bahwa hidup manusia adalah kehendak Tuhan. Bisa
jadi hidup ini menjadi rahasia Tuhan yang tidak akan pernah diketahui oleh
siapapun.
Bahwa manusia dikaruniai akal dan nafsu, dengan tujuan agar dengan akal dan nafsu manusia mampu memecahkan persoalan hidup, menjalani proses hidup dan juga untuk memikirkan kejadian asal usulnya, serta memikirkan akan kebesaran Tuhan. Jika dalam bahasa Jawa terkenal dengan falsafah “sangkan paraning dumadi” bahwa hidup itu dari mana, dan untuk apa, kemudian akan kemana, dan sejarah hidupnya yang secara otomatis akan menuliskannya sepeninggalannya.
Wallohua’laam bishshowwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar