Nama Jawa Akan Punah?

Nama Jawa Akan Punah?

Tulisan ini bukan rasis, juga bukan SARA. Tetapi  menanyakan sebuah identitas sebagai  Suku Jawa. Salah satu identitas yang utama pada diri seseorang adalah nama. Ada yang mengatakan apalah arti sebuah nama.  Kalau memang (bunga) mawar, walaupun diganti nama tembelek, tetap saja baunya harum. 

Tentu tidak salah bahwa mawar tetap mawar walaupun diganti dengan nama tembelek. Akan tetapi identitas yang bernama mawar itu akan hilang. Kemungkinan yang terjadi pada beberapa puluh tahun ke depan, yang baunya wangi/harum bukan lagi (bunga) mawar tetapi berubah menjadi tembelek.

 Jika nama orang Jawa seperti  Jumadi, Parmin, Mukidi, Supangat, Kliwon, Parmi, Tumingan, Bejo dll, telah berubah menjadi nama-nama asing (keBarat-Baratan), maka lambat laun nama Jawa itu sendiri akan punah. Mungkin nanti tidak ada nama lagi semacam Kartini, Saropah, Marem, Tuminah, Mariyem, Katri dll.

Memang  “darah” Jawa tidak akan hilang, tetapi identitas sebagai orang Jawa akan hilang. Hal ini terbukti dari anak-anak yang lahir di era tahun 2000an, maka banyak dijumpai bukan menggunakan nama Jawa, namun telah berubah menjadi nama dari nama asing, hingga neneknyapun susah untuk memanggil cucunya.

Hal ini bisa dilihat dari nama-nama anak tetangga kita, sebagian besar menggunakan nama asing. Mungkin 50 tahun yang akan datang tidak lagi menjumpai nama anak seperti Putut, Mujiono, Sabar, Yateno, Suroto, Kaderi, Jumadi dll. Karena nama asli Jawa tersebut telah berganti nama asing seiring dengan apa yang disebut banyak orang yaitu zaman milenial. Kemudian timbul pertanyaan, masihkah nanti ada orang yang masih menggunakan nama Jawa?. Jawabannya, masih. Tetapi tidak di Pulau Jawa.

Jika mengambil contoh adalah negara Suriname. Negara Suriname yang asli orang Jawa, masih menggunakan nama Jawa, walaupun didepan atau belakang nama tersebut ada nama asing.

Terima Kasih.