Lakon : Puntodewo Dadi Wong Cilik
Gagrak : Bukan Yogyakarta, Bukan Surakarta, Bukan Banyumasan, Bukan Jawa
Timuran – Tapi Sak Senenge Dewe
Dalang : Ki Arep Gelemrono.
Setelah selesai menjalani hukum buang di hutan Kamiyoko dan para Pendowo memulai hidup baru di Ngamarto, maka terjadi kebingunan diantara para Pendowo. Kebingunan meraka adalah memulai membangun kembali Ngamarto yang ludes harta benda serta isen-isen keraton Ngamarto. Disaat terjadi kebingunan itulah Puntodewo memanggil saudara-saudaranya untuk berembug bagaimana supaya keadaan Ngamarto bisa sejahtera.
“Adik-adikku poro Pendowo, kamu semua saya ajak berdiskusi membicarakan keadaan Ngamarto ini kedepan…. Maka saya meminta pendapat dari adik-adikku saran dan masukan untuk langkah kedepan Kakang membawa Ngamarto beserta rakyat menjadi makmur kembali”, begitu kata pembuka dari Puntodewo.
”Hwaaaaaa…. Wingi aku usul arep njaluk Ngestino ora oleh karo mBarep kakangku, malah saiki nggresah, bingung arep mujudke Ngamarto makmur…. Sepisan maneh tak baleni, Ngestino arep tak jaluk soko tangane Duryudono…”,_ kata Werkudoro.
”Adimas Brotoseno… apa ya hanya itu jalan satu-satunya untuk membangun kembali Ngamarto ini..Dimas…. tidak adakah jalan lain selain itu…? Jika hanya itu jalan menuju makmurnya Ngamarto dengan harus merebut Ngestino, kakangmu ini minta ijin untuk keluar dari Ngamarto..” kata Puntodewo.
”mBarep kakangku arep menyang ngendi…..”, tanya Werkudoro singkat.
”Inggih bade tindak dateng pundi Koko Prabu…?”, tanya Janoko.
”Adik-adikku Pendowo, saya akan pergi bersama Drupadi, akan menempati tempat yang lebih luas dari Ngamarto ini....”, kata Puntodewo.
“Hwwaaaaa…. Negoro ngendi kumi mBarep kakangku…? Tanya Werkudoro.
”Ketahuilah…. Aku akan menempati sebuah tempat beratap langit dan halaman yang luas, yaitu bumi ini. Tanpa aku harus menjadi raja, karena menjadi raja bukanlah kehendakku melainkan kehendak kalian”, kata Puntodewo.
Tancep Kayon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar