FABEL
*Kancil Dadi Ratu*
*Kancil Dadi Ratu*
(Diadopsi dari lakon wayang Petruk Dadi Ratu)
Huru-hara yang terjadi di hutan belantara karena Sang Raja
Hutan tidak lagi memperhatikan nasib rakyatnya. Sang Raja Hutan hanya
mementingkan dirinya sendiri, keluarga dan kelompoknya, sementara nun jauh
diluar istana rakyat perbinatangan sunggung sengsara. Banyaknya kerusuhan dan
penjarahan disebabkan polah tingkah Sang Raja sendiri yang dinilai mbang cinde
mbang siladan, tak adanya keadilan sosial bagi rakyat perbinatangan. Rakyat susah
mendapatkan makanan, PHK dimana-mana, sektor perekonimian seakan mati suri
diberbagai lini. (Xixixixixi...ngomongnya kayak politisi yang diluar koalisi)
Kembali ke laptop.
Dengan keadaan seperti itu, Kancil yang sedang duduk diatas
batu melamun, ingin mengadakan konspirasi kemakmuran bersama binatang-binatang
lainnya dan ingin mengadakan kontroversi hati terhadap Sang Raja yang sudah
kelewatan cengkiling atau sampai hati kepada rakyatnya. Tetapi bagaimana
caranya, karena Kancil hanyalah binatang kecil yang bukan Ketua Umum Partai
yang tak punya pendukung sama sekali.
Dengan merenungnya si Kancil, keluarlah ide bagaimana
caranya supaya Kancil bisa digdaya. Kancil ingin mengkudeta kedudukan si Raja
Hutan, bukan untuk memenuhi ambisi
kekuasaan, tetapi memberi pelajaran kepada Sang Raja Hutan agar sadar dan
kembali kepada fungsi, tugas dan tanggungjawabnya sebagai penguasa hutan, sesuai
amanat undang-undang perhewanan dan garis-garis besar haluan kehutanan.
Maka pergilah kancil kepada udang minta untuk ditunjukkan
ilmu kaluwihan. *_Lhoooh...kenapa kok udang. Udangkan kecil.///Yhaa...walaupun
udang kecil tapi udang itu binatang yang paling tua dari seluruh binatang karena
semua binatang hanya dia yang bongkok_*. Hahahahahahaha...kluthik.
Maka ditemuilah si Udang dipinggir batu tepi sungai hutan
itu yang kebetulan lagi lumban karena panas terik matahari siang bolong.
Kata Kancil, “Mbah
Udang, kedatangan saya kemari tidak lain ingin mendapatkan ilmu linuwih dari
sampeyan mbah”.
“Untuk
apa to Cil ilmu linuwih, lha wong sekarang ini sudah jaman android kok masih
pake ilmu jadul....”Jawab Udang.
Kata Kancil, ”nDak apa-apa to mbah, saya perlu ilmu itu
mbah...untuk menaklukkan Raja Hutan yang blek-ketehek itu...”.
Kata Udang, “Bagus ilmu pengasihan Cil...cewek-cewek engko iso
lulut neng awakmu, senajano kowe ora gableg, cewek nek kenek ilmu pengasihan
mesthi nek klepek-klepek koyo pitik kenek putas...”.
Kata Kancil, “Hahahahaa.....ora sudi mbah..mbah...”.
Kata Udang, “Iki nek gelem dirapal jam 12 bengi sak durunge
adus kembang werno pitu, karo madep ngulon mbayangne cewek sing arep mbok
senengi, iki montrone “ _Sun matek ajiku gelap sayuto, witing ndaru pangku
papat, dumunung sisih kiblat etan werno ireng, sisih kiblat kidul werno kuning,
sisih kiblat lor werno abang, sisih kiblat kulon werno putih. Godonge srengenge
kembange mego, pentile lintang wohe rembulan. Ceblok o neng jabang bayine
(sebut jenenge)...terus nggedruk lemah ping telu..._ ”.
Kata Kancil, “Wegah-wegah... ngge opo to mbah...mbah...”.
Tanya Udang, “Lha memangnya kenapa Rajamu itu....kok nganti
kowe golek ilmu linuwih, bukankah dia itu salah satu raja yang bijaksana..?”.
Jawab Kancil, “Bijaksana itu dulu mbah...waktu baru-baru
menjabat raja....sekarang cuma mikirne udele dewe...mbah”.
Kata Udang, “Waalah...ngono to..”.
Jawab Kancil, “Wis ndak usah walah-weleh segala macam...ndi
ilmune...”.
Kata Udang, “Sabar sik to suu....dadi uwong kuwi kudu sabar,
nek ra sabar engko ilmune mlayu..”.
Kata Kancil, “Tanganku gatel mbah...pingin ngethak ndase
rajaku kuwi...”.
Kata Udang, “Wis saiki meremo mripatmu, tak jalukne neng
panguwasane Gusti Alloh mugo-mugo kasembadan opo kang dadi penjangkamu...”.
Maka hanya dalam hitungan detik Si Kancil berubah wujud,
menyamai wajah si Raja Hutan itu.
Kata Udang, “Wis..saiki kowe berubah wujud persis koyo
rajamu, tur ilmu kanoraganmu ora eneng tandinge, sing iso ngalahne kowe ora ono
liyo kejobo aku.
Kata Kancil, “Kok ngono mbah...”.
Kata Udang, “Lha iyo to, engko nek kowe lali purwo duksino,
aku kari ngampleng ndasmu..”.
Kata Kancil, “Yho ora lah mbah...aku ki ndugal tapi nek karo
sampeyan aku selalu membungkukkan badan lho mbah...”.
Kata Udang, “Iyho.. iyho Cil...simbah weruh karaktermu kok,
omongangmu koyo preman tapi atimu lembut romantis koyo Rinto Harahap. Wis ndang
budal neng istana rajamu kono, nek wis dadi raja ojo lali karo simbah yo...”.
Kata Kancil, “Beres mbah... Gulo, kopi, rokok, sembako engko
tak subsidi soko istana....tenang wae mbah... Kancil gitu looh..”.
Kata Udang, “Ndasmu atos kuwi.....wis ndang minggat kono,
sepet mripatku nyawang raimu kuwi..”.
Kata Kancil, “Oke mbah...aku pamit disik...njaluk pangestune
yo mbah....”.
Kata Udang, “Iyho Cil...mugo-mugo Gusti Kang Akaryo Jagat
tansah maringi keslametan niskolo sekabehe lakumu soko papan dunungku kene
nganti tekan papan kang mbok tumuju...”.
Kata Kancil, “ Assalaamu’alaikum wr.wb...”.
Jawab Udang, “Wa’alaikumussalaam wr.wb.
Maka berangkatlah si Kancil ke Istana Sang Raja. Setelah
sampai Istana, batapa kaget hulu balang istana. Kaget karena terdapat dua raja
yang sama persis. Maka ditahanlah si Kancil oleh hulu balang istana yang akan
memasuki istana. Karena Kancil tidak mau ditahan, maka terjadilah duel antara
Kancil dan hulu balang istana. Dengan kesaktiannya dari ilmu kaluwihan
pemberian mbah Udang, maka Kancil dengan mudah mengalahkan hulu balang istana
tersebut dan Kancil berhasil memasuki istana. Alangkah kagetnya si Raja Hutan
yang lagi duduk-duduk menikmati hidangan ditemani permaisuri dan para
dayang-dayangnya.
Maka terjadilah dialog antara Kancil (Raja Gadungan) dengan
Raja Hutan.
Tanya Raja Hutan,” Siapa kamu, sampai berani memasuki
istanaku ini...”.
Jawab Kancil, “Aku ini ya kamu...”.
Kata Raja Hutan,” Hussst....Bohong...aku
ya aku tak ada aku yang lain, maka dari itulah tahta kerajaan turun kepadaku
sebagai putra mahkota menggantikan mendiang ayahku...”.
Kata Kancil, “Eeeits.... Begitu yaa kelakuanmu,
mentang-mentang jadi raja lupa dengan dirimu sendiri...”.
Kata Raja Hutan, “Rupanya kamu membo-membo seperti saya
hanya untuk menumbangkan kekuasaanku..”.
Kata Kancil, “Naaah....lha ngerti gitu kok tanya...”.
Kata Raja Hutan, “Sekarang ini secara tidak langsung istana
telah kedatangan musuh, dan rupanya hulu balang telah berhasil kamu
kalahkan..”.
Kata Kancil, “Naaah....lha ngerti gitu kok tanya..”.
Kata Raja Hutan, “Kamu rupanya tidak sembarangan, punya
beladiri yang mumpuni hingga hulu balang istana kalah dengan kamu...”.
Kata Kancil, “Halah biasa....saya menang itu atas izin dari
Alloh SWT, Laahaula wa laquwata illabillah...”.
Kata Raja Hutan, “Oke...sekarang kita duel, adu kekuatan dan
kesaktian...siapa yang menang dialah yang pantas menduduki dampar kencono
istanaku ini..”.
Kata Kancil, “Hayooo....siapa takut...”.
Maka terjadilah duel dahsyat antara Kancil (Raja Gadungan)
dengan Raja Hutan, pertempuran sengit saling pukul saling jotos. Saking
capeknya keduanya istirahat sebentar sambil minum aqua dan udut sebatang.
Setelah selesai istirahat, pertempuran dimulai lagi, dahsyat sekali hingga ilmu
tenaga dalamnya sama-sama mengenai dinding bebatuan hingga ambrol. Maka tenaga
keduanya terkuras, ketika Raja Hutan lengah, tiba saatnya Kancil mengeluarkan
ajian pamungkasnya....dan.... blaaarrrr... mengenai tubuh si Raja Hutan, maka
Raja Hutan terhuyung sempoyongan dan akhirnya menyerah.
Kata Raja Hutan, “Ok mas...aku kalah, dan aku ikhlas menjadi
rakyatmu, silahkan engkau tinggal di istana dan seluruh isi istana menjadi
milikmu kecuali satu yaitu permaisuriku...”.
Jawab Kancil, “Benar kamu menyerah dan ikhlas istana
seisinya aku yang menguasai...”.
Kata Raja, “Benar...Ini nawolo peningset sebagai bukti bahwa
aku menyerahkan semuanya kepadamu..”.
Kata Kancil, “Mohon maaf, saya tidak bisa menerima itu
semua, dan tahta kerajaan saya kembalikan kepadamu....”.
Kata Raja Hutan, “Tidak mas...sabdo pandito ratu, sabdo
sabdane tan keno wola-wali... yen iyo yo iyo.... yen ora yo ora... terimalah...
itu hakmu dariku...”.
Kata Kancil, “ Baik...tahta saya terima, setelah saya
terima, tahta saya kembalikan tetapi dengan catatan...”.
Kata Raja Hutan, “Apa syaratnya...?”
Kata Kancil : “Syaratnya adalah berlakulah adil sebagaimana
engkau dulu telah adil, sejahterakan rakyatmu sebelum engkau mengenyam bahagiamu,
perhatikan nasib rakyatmu karena tanpa mereka engkau tidak di panggil raja,
tanpa mereka engkau sebenarnya lemah, dan syurgamu atau nerakamu adalah
bagaimana engkau berbuat kepada rakyatmu..”.
Dari kejauhan si Udang berteriak, “Ayo kancil...lekas ganti
baju, kamu itu tak pantas jadi raja, pantasmu tetap rakyat karena engkau telah
ginaris sebagai rakyat..”.
Mendengar teriakan si Udang, Kancil langsung lemas dan raja
gadungan Kancil itu berubah menjadi kancil kembali.
TANCEP KAYON
Tidak ada komentar:
Posting Komentar