moto

BLOG'S "SAK ENENGE" IKI, ORA KANGGO NDADEKNE SENGSORO LIYAN....
OPO MANEH GAWE NGRUSAK LIYAN.....
NEK ONO GUNANE AYO DI JUPUK...
MENOWO ORA ONO GUNANE...
YO WIS...
OJO DILEBOKNE ATI....

UNGELAN PAMBUKO

SUGENG RAWUH SEDEREK SEDOYO....
MUGIO PINARINGAN RAHAYU
WILUJENG NIRSAMBIKOLO

Jumat, 13 September 2019

SAK SENENGE DEWE

FABEL

*Kancil Dadi Ratu*
(Diadopsi dari lakon wayang Petruk Dadi Ratu)

Huru-hara yang terjadi di hutan belantara karena Sang Raja Hutan tidak lagi memperhatikan nasib rakyatnya. Sang Raja Hutan hanya mementingkan dirinya sendiri, keluarga dan kelompoknya, sementara nun jauh diluar istana rakyat perbinatangan sunggung sengsara. Banyaknya kerusuhan dan penjarahan disebabkan polah tingkah Sang Raja sendiri yang dinilai mbang cinde mbang siladan, tak adanya keadilan sosial bagi rakyat perbinatangan. Rakyat susah mendapatkan makanan, PHK dimana-mana, sektor perekonimian seakan mati suri diberbagai lini. (Xixixixixi...ngomongnya kayak politisi yang diluar koalisi)


Kembali ke laptop.
Dengan keadaan seperti itu, Kancil yang sedang duduk diatas batu melamun, ingin mengadakan konspirasi kemakmuran bersama binatang-binatang lainnya dan ingin mengadakan kontroversi hati terhadap Sang Raja yang sudah kelewatan cengkiling atau sampai hati kepada rakyatnya. Tetapi bagaimana caranya, karena Kancil hanyalah binatang kecil yang bukan Ketua Umum Partai yang tak punya pendukung sama sekali.

Dengan merenungnya si Kancil, keluarlah ide bagaimana caranya supaya Kancil bisa digdaya. Kancil ingin mengkudeta kedudukan si Raja Hutan,  bukan untuk memenuhi ambisi kekuasaan, tetapi memberi pelajaran kepada Sang Raja Hutan agar sadar dan kembali kepada fungsi, tugas dan tanggungjawabnya sebagai penguasa hutan, sesuai amanat undang-undang perhewanan dan garis-garis besar haluan kehutanan.

Maka pergilah kancil kepada udang minta untuk ditunjukkan ilmu kaluwihan. *_Lhoooh...kenapa kok udang. Udangkan kecil.///Yhaa...walaupun udang kecil tapi udang itu binatang yang paling tua dari seluruh binatang karena semua binatang hanya dia yang bongkok_*. Hahahahahahaha...kluthik.

Maka ditemuilah si Udang dipinggir batu tepi sungai hutan itu yang kebetulan lagi lumban karena panas terik matahari siang bolong.

 Kata Kancil, “Mbah Udang, kedatangan saya kemari tidak lain ingin mendapatkan ilmu linuwih dari sampeyan mbah”.

“Untuk apa to Cil ilmu linuwih, lha wong sekarang ini sudah jaman android kok masih pake ilmu jadul....”Jawab  Udang.

Kata Kancil, ”nDak apa-apa to mbah, saya perlu ilmu itu mbah...untuk menaklukkan Raja Hutan yang blek-ketehek itu...”.

Kata Udang, “Bagus ilmu pengasihan Cil...cewek-cewek engko iso lulut neng awakmu, senajano kowe ora gableg, cewek nek kenek ilmu pengasihan mesthi nek klepek-klepek koyo pitik kenek putas...”.

Kata Kancil, “Hahahahaa.....ora sudi mbah..mbah...”.

Kata Udang, “Iki nek gelem dirapal jam 12 bengi sak durunge adus kembang werno pitu, karo madep ngulon mbayangne cewek sing arep mbok senengi, iki montrone “ _Sun matek ajiku gelap sayuto, witing ndaru pangku papat, dumunung sisih kiblat etan werno ireng, sisih kiblat kidul werno kuning, sisih kiblat lor werno abang, sisih kiblat kulon werno putih. Godonge srengenge kembange mego, pentile lintang wohe rembulan. Ceblok o neng jabang bayine (sebut jenenge)...terus nggedruk lemah ping telu..._ ”.

Kata Kancil, “Wegah-wegah... ngge opo to mbah...mbah...”.

Tanya Udang, “Lha memangnya kenapa Rajamu itu....kok nganti kowe golek ilmu linuwih, bukankah dia itu salah satu raja yang bijaksana..?”.

Jawab Kancil, “Bijaksana itu dulu mbah...waktu baru-baru menjabat raja....sekarang cuma mikirne udele dewe...mbah”.

Kata Udang, “Waalah...ngono to..”.

Jawab Kancil, “Wis ndak usah walah-weleh segala macam...ndi ilmune...”.

Kata Udang, “Sabar sik to suu....dadi uwong kuwi kudu sabar, nek ra sabar engko ilmune mlayu..”.

Kata Kancil, “Tanganku gatel mbah...pingin ngethak ndase rajaku kuwi...”.

Kata Udang, “Wis saiki meremo mripatmu, tak jalukne neng panguwasane Gusti Alloh mugo-mugo kasembadan opo kang dadi penjangkamu...”.

Maka hanya dalam hitungan detik Si Kancil berubah wujud, menyamai wajah si Raja Hutan itu.

Kata Udang, “Wis..saiki kowe berubah wujud persis koyo rajamu, tur ilmu kanoraganmu ora eneng tandinge, sing iso ngalahne kowe ora ono liyo kejobo aku.

Kata Kancil, “Kok ngono mbah...”.

Kata Udang, “Lha iyo to, engko nek kowe lali purwo duksino, aku kari ngampleng ndasmu..”.

Kata Kancil, “Yho ora lah mbah...aku ki ndugal tapi nek karo sampeyan aku selalu membungkukkan badan lho mbah...”.

Kata Udang, “Iyho.. iyho Cil...simbah weruh karaktermu kok, omongangmu koyo preman tapi atimu lembut romantis koyo Rinto Harahap. Wis ndang budal neng istana rajamu kono, nek wis dadi raja ojo lali karo simbah yo...”.

Kata Kancil, “Beres mbah... Gulo, kopi, rokok, sembako engko tak subsidi soko istana....tenang wae mbah... Kancil gitu looh..”.

Kata Udang, “Ndasmu atos kuwi.....wis ndang minggat kono, sepet mripatku nyawang raimu kuwi..”.

Kata Kancil, “Oke mbah...aku pamit disik...njaluk pangestune yo mbah....”.

Kata Udang, “Iyho Cil...mugo-mugo Gusti Kang Akaryo Jagat tansah maringi keslametan niskolo sekabehe lakumu soko papan dunungku kene nganti tekan papan kang mbok tumuju...”.

Kata Kancil, “ Assalaamu’alaikum wr.wb...”.

Jawab Udang, “Wa’alaikumussalaam wr.wb.

Maka berangkatlah si Kancil ke Istana Sang Raja. Setelah sampai Istana, batapa kaget hulu balang istana. Kaget karena terdapat dua raja yang sama persis. Maka ditahanlah si Kancil oleh hulu balang istana yang akan memasuki istana. Karena Kancil tidak mau ditahan, maka terjadilah duel antara Kancil dan hulu balang istana. Dengan kesaktiannya dari ilmu kaluwihan pemberian mbah Udang, maka Kancil dengan mudah mengalahkan hulu balang istana tersebut dan Kancil berhasil memasuki istana. Alangkah kagetnya si Raja Hutan yang lagi duduk-duduk menikmati hidangan ditemani permaisuri dan para dayang-dayangnya.

Maka terjadilah dialog antara Kancil (Raja Gadungan) dengan Raja Hutan.

Tanya Raja Hutan,” Siapa kamu, sampai berani memasuki istanaku ini...”.

Jawab Kancil, “Aku ini ya kamu...”.

Kata  Raja Hutan,” Hussst....Bohong...aku ya aku tak ada aku yang lain, maka dari itulah tahta kerajaan turun kepadaku sebagai putra mahkota menggantikan mendiang ayahku...”.

Kata Kancil, “Eeeits.... Begitu yaa kelakuanmu, mentang-mentang jadi raja lupa dengan dirimu sendiri...”.

Kata Raja Hutan, “Rupanya kamu membo-membo seperti saya hanya untuk menumbangkan kekuasaanku..”.

Kata Kancil, “Naaah....lha ngerti gitu kok tanya...”.

Kata Raja Hutan, “Sekarang ini secara tidak langsung istana telah kedatangan musuh, dan rupanya hulu balang telah berhasil kamu kalahkan..”.

Kata Kancil, “Naaah....lha ngerti gitu kok tanya..”.

Kata Raja Hutan, “Kamu rupanya tidak sembarangan, punya beladiri yang mumpuni hingga hulu balang istana kalah dengan kamu...”.

Kata Kancil, “Halah biasa....saya menang itu atas izin dari Alloh SWT, Laahaula wa laquwata illabillah...”.

Kata Raja Hutan, “Oke...sekarang kita duel, adu kekuatan dan kesaktian...siapa yang menang dialah yang pantas menduduki dampar kencono istanaku ini..”.

Kata Kancil, “Hayooo....siapa takut...”.

Maka terjadilah duel dahsyat antara Kancil (Raja Gadungan) dengan Raja Hutan, pertempuran sengit saling pukul saling jotos. Saking capeknya keduanya istirahat sebentar sambil minum aqua dan udut sebatang. Setelah selesai istirahat, pertempuran dimulai lagi, dahsyat sekali hingga ilmu tenaga dalamnya sama-sama mengenai dinding bebatuan hingga ambrol. Maka tenaga keduanya terkuras, ketika Raja Hutan lengah, tiba saatnya Kancil mengeluarkan ajian pamungkasnya....dan.... blaaarrrr... mengenai tubuh si Raja Hutan, maka Raja Hutan terhuyung sempoyongan dan akhirnya menyerah.

Kata Raja Hutan, “Ok mas...aku kalah, dan aku ikhlas menjadi rakyatmu, silahkan engkau tinggal di istana dan seluruh isi istana menjadi milikmu kecuali satu yaitu permaisuriku...”.

Jawab Kancil, “Benar kamu menyerah dan ikhlas istana seisinya aku yang menguasai...”.

Kata Raja, “Benar...Ini nawolo peningset sebagai bukti bahwa aku menyerahkan semuanya kepadamu..”.

Kata Kancil, “Mohon maaf, saya tidak bisa menerima itu semua, dan tahta kerajaan saya kembalikan kepadamu....”.

Kata Raja Hutan, “Tidak mas...sabdo pandito ratu, sabdo sabdane tan keno wola-wali... yen iyo yo iyo.... yen ora yo ora... terimalah... itu hakmu dariku...”.

Kata Kancil, “ Baik...tahta saya terima, setelah saya terima, tahta saya kembalikan tetapi dengan catatan...”.

Kata Raja Hutan, “Apa syaratnya...?”

Kata Kancil : “Syaratnya adalah berlakulah adil sebagaimana engkau dulu telah adil, sejahterakan rakyatmu sebelum engkau mengenyam bahagiamu, perhatikan nasib rakyatmu karena tanpa mereka engkau tidak di panggil raja, tanpa mereka engkau sebenarnya lemah, dan syurgamu atau nerakamu adalah bagaimana engkau berbuat kepada rakyatmu..”.

Dari kejauhan si Udang berteriak, “Ayo kancil...lekas ganti baju, kamu itu tak pantas jadi raja, pantasmu tetap rakyat karena engkau telah ginaris sebagai rakyat..”.

Mendengar teriakan si Udang, Kancil langsung lemas dan raja gadungan Kancil itu berubah menjadi kancil kembali.

TANCEP KAYON

Tidak ada komentar:

Posting Komentar