Sebuah Kebenaran.
Kebenaran yang mutlaq dan haq
adalah milik Alloh SWT. Bagaimana kebenaran yang dipunyai oleh manusia?.
Kebenaran yang dipunyai manusia bersifat relatif dan temporer. Pada umumnya kebenaran adalah sesuatu
perbuatan yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Juga kebenaran yang diterima semua golongan,
itulah kebenaran. Akan tetapi jika sebuah kebenaran dipaksakan kepada orang
lain, maka sudah bukan lagi sebuah kebenaran. Apalagi dengan embel-embel
ancaman.
Saya mempunyai kebenaran, anda
juga mempunyai kebenaran. Yaitu kebenaran menurut versi masing-masing. Tetapi
jika saya memaksa anda untuk mengikuti kebenaran saya, maka kebenaran saya
sudah tidak lagi benar.
Bumi itu datar atau bulat?. Dulu
pak Guru kita memberitahu bahwa bumi itu bulat/bundar. Tetapi bagaimana jika
bumi itu dikatakan datar. Bumi itu bulat adalah benar karena para ahli telah
pergi ke angkasa luar dan telah membuktikannya. Bagaimana dengan yang
mengatakan bumi itu datar?. Bumi dikatakan datar disebabkan oleh jarak pandang
terjauh manusia, sebagimana warna langit yang biru yang sebenarnya adalah
tidaklah biru. Dengan demikian keduanya adalah benar karena mempunyai argumen
sendiri-sendiri. Selagi argumennya bisa diterima itulah kebenaran.
Jika ada dua orang yang buta
ditanya tentang gajah, pasti jawabnya lain-lain. Orang buta pertama jika
ditanya tentang gajah, bagaimana bentuk gajah, pasti dijawab bentuk gajah itu
lebar karena yang dipegang telinganya. Orang buta kedua pasti menjawab bahwa gajah
itu bentuknya keras dan runcing karena yang dipegang gadingnya.
Bisakah kita menyalahkan kedua
orang buta tersebut. Tentu tidak. Karena kedua orang buta tersebut mempunyai
argumen sendiri-sendiri dan disitulah batas kemampuannya dalam menafsirkan
gajah.
Dalam dunia pewayangan ada salah
satu tokoh. Dia adalah Adipati Karno. Adipati Karno adalah saudara Pendowo yang
memihak Kurowo. Kenapa Karno tetap ikut Kurowo dan tidak ikut Pendowo yang
benar itu ketika ditanya Kresno. Dijawab oleh Adipati Karno bahwa Karno membela
negara Astino bukan membela Kurowo (Duryudono). Begitu pula kebenaran menurut Kumbo
Karno, dia tidak memihak kakaknya Rahwono tetapi membela tanah airnya.
Dengan begitu, pihak
Pandowo-Kresno memaklumi bahwa itulah kebenaran yang diyakini oleh saudaranya
itu dan Pendowo-Kresnopun tak bisa memaksa Karno masuk ke dalam golongan
Pendowo. Dalam akhir cerita, Karno yang dalam tanda kutib melawan kebenaran
(baca: Pandowo) berada dialam keabadian (Nirwana) dan berkumpul bersama Pendowo
(baca : kebenaran).
Biarlah kebenaran itu mengalir
dengan sendirinya, tanpa diaduk-aduk yang pada akhirnya hanya menjadi keruh.
Biarlah kebenaran itu tetap bening, dan manusia bisa mengambil seper berapanya
saja dari kebenaran yang mutlak dan haq itu.
Waalohua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar